9 Alasan buat Tidak Makan Ayam Ternak/ Broiler
Suka Resep Ini? Share Yuk!
Pernahkah Anda melihat truk berisi ayam yang akan dikirim ke pasar-pasar? pernahkah Anda jatuh kasihan kepada ayam ayam yang berdiri berdesakan? Para pecinta hewan yang tergabung dalam PETA ( PEOPLE FOR THE ETHICAL TREATMENT OF ANIMALS) menyarankan agar tidak makan Ayam ternak karena 9Alasan ini.
1. Otak Ayam sangatlah cerdas
Sebuah artikel di jurnal Scientific American yang berjudul “The Startling Intelligence of the Common Chicken” Mengatakan bahwa Ayam adalah makhluk yang berpikir. Ayam memiliki kemampuan komunikasi dengan sesamanya yang setara dengan primata. Ayam juga menggunakan kode kode tertentu untuk menyampaikan keinginannya. Saat mengambil keputusan, mereka mempertimbangkan pengalaman masa lalunya dan kondisi situasi saat itu. Mereka juga bisa memecahkan masalah serta berempati kepada makhluk lain yang berada dalam bahaya.
2. Ayam-ayam ternak sebagian besar diberi obat-obatan
Ayam adalah hewan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Jumlah ayam yang disembelih tiap tahunnya 55 kali lebih banyak daripada jumlah babi dan sapi. Permintaan ayam memang tinggi. Para peternakpun berlomba-lomba menyediakan ayam dalam jumlah yang banyak.
Ribuan ayam dipelihara dalam satu kandang, mereka disuntik antibiotik dosis tinggi agar tahan penyakit di tengah-tengah kondisi tidak sehat yang bisa menyebabkan kematian.
Dokumen terbaru yang diterbitkan oleh Food and Drug Administration (FDA)--lembaga POM di AS.red-- menyatakan bahwa.. "zat-zat tersebut (antibiotik pada pakan ayam) yang dapat diterima saat ini bila disesuaikan dengan aturan FDA. 18 dari 30 bahan tambahan pakan yang diperiksa sangat beresiko apabila masuk ke dalam tubuh manusia dan dapat membuat bakteri menjadi resisten.." --“none of these [antibiotic feed additives] would likely be approvable … for … livestock use if submitted today, under current FDA guidelines. Eighteen of the 30 reviewed feed additives were deemed to pose a ‘high risk’ of exposing humans to antibiotic-resistant bacteria through the food supply.”
3. Disiksa sampai mati
Hanya 7 minggu setelah mereka lahir, ayam-ayam dijejalkan dalam truk yang membawa mereka ke rumah pemotingan hewan. Setiap tahunnya jutaan ayam mengalami patah sayap atau kaki selama proses ini. Mereka diangkut dengan truk dalam berbagai cuaca, bahkan kadang berpuluh-puluh kilometer jauhnya, tanpa makanan dan minuman.
di rumah pemotongan hewan otomatis, mereka digantung terbalik, menanti antrian untuk dipotong lehernya oleh mesin, bahkan kadang, mereka direndam langsung dalam tangki perontok bulu.
4. Tidak ada pidana bagi yang menyakiti ayam
Apabila para peternak skala industri menyakiti kucing atau anjing, mereka bisa dipenjarakan, tapi tidak kalau mereka menyakiti ayam. Selama hidupnya, ayam-ayam tinggal di kandang-kandang sempit bersama ratusan bahkan ribuan ayam lainnya. Jarak masing-masing bahkan kurang dari selembar kertas. Kondisi sepadat ini membuat penyakit mudah tersebar. Ayam-ayam yang dewasa susah bernafas dan berdiri, bahkan ada diantaranya yang badanyya jatuh ke depan karena diberi suntikan agar bagian dadanya besar.
5. Ayam broiler tercemari bakteri dari kotorannya
A U.S. Department of Agriculture (USDA) menemukan bahwa 99 persen ayam broiler yang dijual di toko mengadung bakteri E.Coli dalam jumlah yang signifikan, berarti ayam-ayam tersebut terkontaminasi tinja. Sebuah lembaga konsumen di Amerika melaporkan bahwa lebih dari 1,1 juta warga Amerika menjadi sakit akibat ayam-ayam yang tidak matang dimasak atau sudah terkontaminasi". Selain itu, terdapat banyak kasus resistensi antibiotik terhadap bakteri salmonella, bakteri yang banyak terkandung pada kotoran ayam.
6. Pekerja di peternakan ayam rawan stress dan kecelakaan kerja
Saking tingginya permintaan ayam broiler, banyak pekerja yang harus bekerja lebih dari 10 jam sehari dengan keamanan yang minimal. Di pemotongan hewan modern, mesin-mesin bekerja sangat cepat sehingga karyawan juga dituntut untuk bekerja lebih cepat lagi. Belum lagi mereka harus bekerja dalam lingkungan yang kotor dan bau.
7. Kolesterol tinggi dan menyebabkan flu burung
Pusat pengendalian penyakit AS dan WHO telah menyatakan bahwa flu burung dapat dengan mudahnya menjangkiti manusia apabila memakan ayam atau telur yang kurang matang., memakan makanan yang dimasak dengan talenan yang sama dengan daging atau telur yang terinfeksi, atau bahkan hanya dengan menyenth cangkang telur yang berpenyakit.
Daging ayam dan telurnya mengandung kolesterol tinggi , 350 gram dada ayam tanpa kulit mengandung kolesterol yang sama tingginya dengan daging sapi berlemak, bahkan telur ayam broiler bisa mengandung 3 kali lipat kolesterol. Kolesterol tinggi ditambah lemak hewani dapat mengeraskan pembuluh darah bahkan mengarah pada penyakit jantung.
8. Induk Ayam sangat menyayangi anaknya
Dalam lingkungan alami, induk ayam akan selalu berada di dekat telur telurnya, mereka mengeraminya terus menerus di sarangnya. Anak-anak ayam dalam telur juga melihat induknya dari balik cangkang. Di peternakan besar, telur-telur segera diambil dari induknya segera saat mereka keluar lalu diletakkan di dalam inkubator besar. Anak-anak ayam tidak akan pernah melihat induknya.
Induk ayam juga cenderung untuk membangun sarang di tempat tersembunyi, aman dari pemangsa. Bahkan induk-induk ayam ini rela tidak makan dan minum asal telur telurnya aman. Sementara di peternakan besar, mereka dipaksa bertelur dalam kandang-kandang besi, besama sama dengan belasan ayam lainnya
9. Dampak lingkungan dari kotoran ayam
Menernakkan jutaan ekor ayam di dalam satu peternakan tiap tahunnya menghasilkan produk sampingan berupa kotoran ayam yang sangat banyak. Kerapkali masyarakat merasa terganggu dengan limbah peternakan ayam, selain baunya tidak sedap sungai-sungai banyak yang terkontaminasi. Obat-obatan yang diberikan pada ayam-ayam broiler ini juga ikut terbuang bersama feses. Di Maryland dan West Virginia AS, para ilmuwan menemukan ikan-ikan yang hidup di sungai yang terkontaminasi kotoran ayam mengalami mutasi, contohnya ikan pejantan yang memiliki rahim.
Jadi, mari pelan-pelan beralih ke ayam-ayam organik, ayam kampung, atau ayam ayam pejantan :)
sumber
Suka Resep Ini? Share Yuk!
Pernahkah Anda melihat truk berisi ayam yang akan dikirim ke pasar-pasar? pernahkah Anda jatuh kasihan kepada ayam ayam yang berdiri berdesakan? Para pecinta hewan yang tergabung dalam PETA ( PEOPLE FOR THE ETHICAL TREATMENT OF ANIMALS) menyarankan agar tidak makan Ayam ternak karena 9Alasan ini.
1. Otak Ayam sangatlah cerdas
Sebuah artikel di jurnal Scientific American yang berjudul “The Startling Intelligence of the Common Chicken” Mengatakan bahwa Ayam adalah makhluk yang berpikir. Ayam memiliki kemampuan komunikasi dengan sesamanya yang setara dengan primata. Ayam juga menggunakan kode kode tertentu untuk menyampaikan keinginannya. Saat mengambil keputusan, mereka mempertimbangkan pengalaman masa lalunya dan kondisi situasi saat itu. Mereka juga bisa memecahkan masalah serta berempati kepada makhluk lain yang berada dalam bahaya.
2. Ayam-ayam ternak sebagian besar diberi obat-obatan
Ayam adalah hewan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Jumlah ayam yang disembelih tiap tahunnya 55 kali lebih banyak daripada jumlah babi dan sapi. Permintaan ayam memang tinggi. Para peternakpun berlomba-lomba menyediakan ayam dalam jumlah yang banyak.
Ribuan ayam dipelihara dalam satu kandang, mereka disuntik antibiotik dosis tinggi agar tahan penyakit di tengah-tengah kondisi tidak sehat yang bisa menyebabkan kematian.
Dokumen terbaru yang diterbitkan oleh Food and Drug Administration (FDA)--lembaga POM di AS.red-- menyatakan bahwa.. "zat-zat tersebut (antibiotik pada pakan ayam) yang dapat diterima saat ini bila disesuaikan dengan aturan FDA. 18 dari 30 bahan tambahan pakan yang diperiksa sangat beresiko apabila masuk ke dalam tubuh manusia dan dapat membuat bakteri menjadi resisten.." --“none of these [antibiotic feed additives] would likely be approvable … for … livestock use if submitted today, under current FDA guidelines. Eighteen of the 30 reviewed feed additives were deemed to pose a ‘high risk’ of exposing humans to antibiotic-resistant bacteria through the food supply.”
3. Disiksa sampai mati
Hanya 7 minggu setelah mereka lahir, ayam-ayam dijejalkan dalam truk yang membawa mereka ke rumah pemotingan hewan. Setiap tahunnya jutaan ayam mengalami patah sayap atau kaki selama proses ini. Mereka diangkut dengan truk dalam berbagai cuaca, bahkan kadang berpuluh-puluh kilometer jauhnya, tanpa makanan dan minuman.
di rumah pemotongan hewan otomatis, mereka digantung terbalik, menanti antrian untuk dipotong lehernya oleh mesin, bahkan kadang, mereka direndam langsung dalam tangki perontok bulu.
4. Tidak ada pidana bagi yang menyakiti ayam
Apabila para peternak skala industri menyakiti kucing atau anjing, mereka bisa dipenjarakan, tapi tidak kalau mereka menyakiti ayam. Selama hidupnya, ayam-ayam tinggal di kandang-kandang sempit bersama ratusan bahkan ribuan ayam lainnya. Jarak masing-masing bahkan kurang dari selembar kertas. Kondisi sepadat ini membuat penyakit mudah tersebar. Ayam-ayam yang dewasa susah bernafas dan berdiri, bahkan ada diantaranya yang badanyya jatuh ke depan karena diberi suntikan agar bagian dadanya besar.
5. Ayam broiler tercemari bakteri dari kotorannya
A U.S. Department of Agriculture (USDA) menemukan bahwa 99 persen ayam broiler yang dijual di toko mengadung bakteri E.Coli dalam jumlah yang signifikan, berarti ayam-ayam tersebut terkontaminasi tinja. Sebuah lembaga konsumen di Amerika melaporkan bahwa lebih dari 1,1 juta warga Amerika menjadi sakit akibat ayam-ayam yang tidak matang dimasak atau sudah terkontaminasi". Selain itu, terdapat banyak kasus resistensi antibiotik terhadap bakteri salmonella, bakteri yang banyak terkandung pada kotoran ayam.
6. Pekerja di peternakan ayam rawan stress dan kecelakaan kerja
Saking tingginya permintaan ayam broiler, banyak pekerja yang harus bekerja lebih dari 10 jam sehari dengan keamanan yang minimal. Di pemotongan hewan modern, mesin-mesin bekerja sangat cepat sehingga karyawan juga dituntut untuk bekerja lebih cepat lagi. Belum lagi mereka harus bekerja dalam lingkungan yang kotor dan bau.
7. Kolesterol tinggi dan menyebabkan flu burung
Pusat pengendalian penyakit AS dan WHO telah menyatakan bahwa flu burung dapat dengan mudahnya menjangkiti manusia apabila memakan ayam atau telur yang kurang matang., memakan makanan yang dimasak dengan talenan yang sama dengan daging atau telur yang terinfeksi, atau bahkan hanya dengan menyenth cangkang telur yang berpenyakit.
Daging ayam dan telurnya mengandung kolesterol tinggi , 350 gram dada ayam tanpa kulit mengandung kolesterol yang sama tingginya dengan daging sapi berlemak, bahkan telur ayam broiler bisa mengandung 3 kali lipat kolesterol. Kolesterol tinggi ditambah lemak hewani dapat mengeraskan pembuluh darah bahkan mengarah pada penyakit jantung.
8. Induk Ayam sangat menyayangi anaknya
Dalam lingkungan alami, induk ayam akan selalu berada di dekat telur telurnya, mereka mengeraminya terus menerus di sarangnya. Anak-anak ayam dalam telur juga melihat induknya dari balik cangkang. Di peternakan besar, telur-telur segera diambil dari induknya segera saat mereka keluar lalu diletakkan di dalam inkubator besar. Anak-anak ayam tidak akan pernah melihat induknya.
Induk ayam juga cenderung untuk membangun sarang di tempat tersembunyi, aman dari pemangsa. Bahkan induk-induk ayam ini rela tidak makan dan minum asal telur telurnya aman. Sementara di peternakan besar, mereka dipaksa bertelur dalam kandang-kandang besi, besama sama dengan belasan ayam lainnya
9. Dampak lingkungan dari kotoran ayam
Menernakkan jutaan ekor ayam di dalam satu peternakan tiap tahunnya menghasilkan produk sampingan berupa kotoran ayam yang sangat banyak. Kerapkali masyarakat merasa terganggu dengan limbah peternakan ayam, selain baunya tidak sedap sungai-sungai banyak yang terkontaminasi. Obat-obatan yang diberikan pada ayam-ayam broiler ini juga ikut terbuang bersama feses. Di Maryland dan West Virginia AS, para ilmuwan menemukan ikan-ikan yang hidup di sungai yang terkontaminasi kotoran ayam mengalami mutasi, contohnya ikan pejantan yang memiliki rahim.
Jadi, mari pelan-pelan beralih ke ayam-ayam organik, ayam kampung, atau ayam ayam pejantan :)
sumber
Suka Resep Ini? Share Yuk!
Comments
Post a Comment